“Jadi
orang gede menyenangkan, tapi susah dijalanin” begitu kata iklan yg modelnya
anak-anak kecil menggemaskan itu.
Menyenangkan, tapi susah dijalanin. “Menyenangkan, tapi susah dijalanin”
bisa saja berarti (kadang-kadang tidak) menyenangkan. Setidaknya itu menurut
saya.
Menyenangkan,
tapi susah dijalanin. “Menyenangkan, tapi susah dijalanin” =
“(kadang-kadang)tidak menyenangkan”. Jadi mikir : selama “gede” apa hidup saya
menyenangkan ?? Dengan yakin saya menjawab “iya”. Kadang agak berat sih di
tanggal tua, tapi bakal ringan lagi kok saat bulan yg baru lahir hahahaha.
Ya.., sengsara tanggal tua tidak pernah jadi alasan untuk mengganti hidup yg
saya anggap menyenangkan ini jadi sebaliknya. Selesai dengan tanggal tua.
Meskipun perkara
tanggal tua selesai, saya masih saja penasaran dengan hal-hal yg bisa membuat
hidup jadi tidak menyenangkan atau jadi terasa “susah dijalanin”(kata iklan).
Hidup saya terutama. Dan waktu (tsaaah) pun membawaku ke hari dan tempat di
mana orang nyetel musik kencang-kencang dan (sumpah) “SAYA TIDAK SUKA LAGUNYA
!!” Hahh…baru ingat, saya memang selalu tidak nyaman dengan keadaan seperti
ini. Kuping saya tidak pernah nyaman dengan music yg volumenya semena-mena.
Pengen negur, minta volume dikurangi, malah jadi tidak enak sendiri. Takut yg
nyetel tersinggung, dan memang saya tidak kenal orangnya hahahaha. Ah…,hidup orang
gede memang terkadang jadi jadi ribet karena hal-hal kecil.
Volume musik yg
semena-mena mungkin jadi hal sepele bagi orang-orang tertentu, tapi mungkin
karena saya lebay, atau karena kurang kerjaan, perasaan tidak nyaman saya
muncul karena hal sepele ini. Lebih tidak nyaman daripada sengsara tanggal tua.
Tapi ceritanya lain lagi klo “volume semena-mena” ini bersamaan dengan tanggal
tua. Lebih tidak nyaman.
Mungkin karena
hal ini memang sepele, orang-orang yg memutar musik kekencangan tidak pernah
sadar klo ada yg terganggu dengan tindakan semena-mena mereka terhadap
kuping-kuping di sekitar mereka. Mereka tidak tahu klo volume musik yg besarnya
minta ampun adalah salah satu bentuk penjajahan, penjajahan kuping. Dan
bukannya penjajahan itu harus dihapuskan, kan ?? tapi boro-boro mau dihapus,
untuk ngomong sama penjajahnya saja susah. Tapi iya sih, kadang untuk ngomong
pun, orang “gede” juga bisa susah.
Atau
jangan-jangan, penjajah tipe ini sebenarnya sadar klo mereka sedang menjajah
kuping orang lain tapi mereka termasuk di jajaran orang yg tidak bisa menikmati
lagu klo volumenya kecil. Belum lagi klo para penjajah ini berpikir bahwa
selera musik orang itu sama, makin tanpa bebanlah mereka jadi penjajah. “Toh,
kuping jajahan juga suka lagunya” begitu pikir para penjajah. Ah, betapa
menyenangkannya jadi penjajah, tapi lebih menyenangkan lagi orang yg tidak
harus terganggu dengan hal sepele seperti ini. Ya sudahlah…,saya harus berhenti
mempermasalahkan hal yg sepele ini, sebelum saya kualat dan malah ikut
menyanyikan “lagu kebangsaan” penjajah.
|Berbahagialah untuk alasan kecil tanpa harus mengecilkan alasan kecil lain !!_02 Juli 2013_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar